Asal Usul Nama Jalan Margonda
SantriONE.com – Jalan Margonda merupakan jalan utama di Kota Depok yang berada yang berada di kawan pusat kota, Margonda akan menjadi jalan pertama yang dilalui seakan menyambut kedatangan anda memasuki gerbang utama Kota Depok yang memiliki julukan Kota Petir ini, dikelilingi gedung-gedung dan ramainya aktivitas warga di Kota Margonda menjadikan Jalan Margonda sebagai jalan paling ramai lengkap dengan fasilitas di kanan kirinya mulai dari Mall, Hotel, Apartemen, Pusat Kuliner, Perumahan Elit, Gedung Perkantoran, Ruko Tempat Usaha, hampir semua penggerak roda ekonomi tumpah ruah di Jalan Margonda sampai dengan Terminal Kota Depok yang berdampingan dengan Stasiun Depok Lama yang hampir tidak pernah sepi.
Jalan Margonda, Dari Nama Pejuang Muda Masa Revolusi
SantriONE.com – Jalan Margonda bisa dikatakan sebagai ringkasan dari ramainya semua aktivitas warga Kota Depok yang dijuluki sebagai Kota Belimbing ini, sebagai jalan utama tentu hampir semua masyarakat Kota Depok mengakui begitu terkenalnya jalan ini, namun sayangnya baru sebagian saja yang mengetahui jika ditanya kenapa jalan besar tersebut diberi nama Margonda? Siapakah Margonda? Berikut adalah artikel tentang Margonda, seorang pejuang muda pengisi sejarah kemerdekaan Indonesia.
Asal Usul Nama Jalan Margonda, Dari Nama Pejuang Muda Masa Revolusi
Nama Margonda tercatat di Museum Perjuangan Bogor bersama ratusan pejuamg yang gugur saat peristiwa yang dikenal dengan nama sandi “Serangan Kilat”, peristiwa yang saat itu membuat pasukan NICA mundur karena berhasil dikalahkan oleh para pejuang. Peristiwa tersebut menelan banyak korban berguguran termasuk di dalamnya Margonda, pimpinan AMRI yang gugur pada 16 November 1945 di Kalibata, daerah bersungai di kawasan Pancoranmas Depok, nama Margonda tercatat di Museum Perjuangan Bogor bersama ratusan pejuang yang gugur.
Semasa berjuang, Margonda berkawan dekat dengan Ibrahim Adjie dan TB Muslihat. TB Muslihat senasib dengan Margonda. Dia gugur dalam pertempuran. Pemerintah Bogor membangun patung TB Muslihat di Taman Topi, sekitar stasiun Bogor. Sementara Ibrahim Adjie, berhasil selamat. Dia berkarir menjadi tentara dengan jabatan akhir Pangdam Siliwangi.
Membuka sejarah nama Margonda akan membawa kita ke zaman sejarah pada masa-masa revolusi saat peralihan kekuasan dari Belanda ke Jepang, seorang penulis buku Wenri Wanhar dalam bukunya “Gedoran Depok : Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955” menyebut Margonda sebagai seorang analis kimia di Balai Penyelidikan Kimia Bogor, sebuah lembaga yang didirikan oleh Indonesiche Chemische Cereniging milik Belanda pada awal perang dunia pertama dengan nama awal bernama Analysten Cursus. Margonda mengikuti pelatihan penerbang cadangan pada awal tahun 1940 di Luchtvaart Afdeeling atau Departemen Penerbangan Belanda, namun pelatihan ini hanya dijalani selama kurang dari 2 tahun karena Belanda menyerah dan Indonesia beralih kekuasaannya ke Jepang pada 5 Maret 1942, Margonda kemudian bekerja kepada Jepang.
Pada tahun 1945 Kota Nagasaki dan Hiroshima di bom atom oleh pasukan sekutu Amerika yang membuat Jepang takluk, saat itu Margonda ikut aktif dalam pergerakan kepemudaan dengan membentuk laskar bermarkas di Jalan Merdeka Bogor bersama para pemuda di wilayah Depok dan Bogor mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) dan Margonda menjadi pemimpinnya, sayangnya kepemimpinan Margonda tidak lama karena para anggotanya terpecah dan sebagian bergabung dengan BKR, Pesindo, KRISS dan kelompok lainnya. Banyaknya laskar pejuang membuat sejarah meletusnya peristiwa “Gedoran Depok”, Depok yang saat itu sudah lama dikuasai oleh seorang tuan tanah asal Belanda bernama Cornelis Chastelein yang datang pada masa awal masa kolonial VOC di Jawa, memiliki tatanan pemerintahan yaitu Gemeente Bestuur Depok yang bercorak Republik. Chastelein mewariskan kekayaannya kepada 12 marga budaknya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan memerdekaan mereka yang selanjutnya 12 marga dan keturunannya bergaya hidup seperti orang Eropa meski bermuka pribumi dan berkulit coklat, sehingga terkenal dengan sebutan “Belanda Depok”. Peristiwa Gedoran Depok meletus pada 11 Oktober 1945, waktu itu Depok diserbu para pejuang kemerdekaan dan akhirnya berhasil dikuasai sampai dengan Kantor Gemeente Bestuur berubah markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR) batalyon ujung tombak Jawa Barat pimpinan Ibrahim Adjie. Para pejuang yang terpisah-pisah karena peristiwa tersebut kemudian bersatu kembali menyusun kekuatan dengan menjalin koordinasi untuk merencanakan perebutan kembali Depok pada bulan November dari tangan NICA dengan nama sandi “Serangan Kilat”, peristiwa ini membuat pasukan NICA berhasil mundur dan direbut oleh para pejuang yang bersamaan dengannya korban banyak berguguran termasuk Margonda, pimpinan AMRI gugur pada 16 November 1945 di Kalibata, daerah bersungai di kawasan Pancoranmas Depok, nama Margonda tercatat di Museum Perjuangan Bogor bersama ratusan pejuang yang gugur.
Demikian artikel tentang Sejarah Asal Nama Jalan Margonda yang saat ini menjadi jalan utama di Kota Depok, bagi anda yang tinggal di Kota Depok bisa mendapatkan berita dan artikel-artikel lengkap tentang Kota Depok kunjungi terus blog ini.
BACA JUGA JUDUL LAINNYA,
No comments:
Post a Comment