• Baru :

    Komunitas Usaha Muslim se-Indonesia

    Friday, April 30, 2021

    Margonda, Pejuang Muda Masa Revolusi Diabadikan Sebagai Nama Jalan Di Kota Depok

    Margonda, Pejuang Muda Masa Revolusi Diabadikan Sebagai Nama Jalan Di Kota Depok

    Margonda, Jalan Utama di Kota Depok

    SantriONE.com – Jalan Margonda yang berada yang berada di kawan utama pusat kota Margonda akan menjadi jalan pertama yang menyambut kedatangan anda memasuki gerbang utama Kota Petir ini, dikelilingi gedung-gedung dan ramainya aktivitas warga di Kota Margonda menjadikan Jalan Margonda sebagai jalan paling ramai lengkap dengan fasilitas di kanan kirinya mulai dari Mall, Hotel, Apartemen, Pusat Kuliner, Perumahan Elit, Gedung Perkantoran, Ruko Tempat Usaha, hampir semua penggerak roda ekonomi tumpah ruah di Jalan Margonda sampai dengan Terminal Kota Depok yang berdampingan dengan Stasiun Depok Lama yang hampir tidak pernah sepi.


    Jalan Margonda bisa dikatakan sebagai ringkasan dari keseluruhan Kota Depok yang dijuluki sebagai Kota Belimbing ini, sebagai jalan utama tentu hampir semua masyarakat Kota Depok mengakui begitu terkenalnya jalan ini, namun sayangnya baru sebagian saja yang mengetahui jika ditanya kenapa jalan besar tersebut diberi nama Margonda? Apa sejarah yang melatarbelakangi pemberian nama Margonda? Siapakah Margonda? Berikut adalah artikel tentang Margonda, seorang pejuang muda pengisi sejarah kemerdekaan Indonesia.  

    Margonda, Pejuang Muda Masa Revolusi Diabadikan Sebagai Nama Jalan Di Kota Depok 

    SantriONE.com – Membuka sejarah nama Margonda akan membawa kita ke zaman sejarah pada masa-masa revolusi saat peralihan kekuasan dari Belanda ke Jepang, seorang penulis buku Wenri Wanhar dalam bukunya “Gedoran Depok : Revolusi Sosial di Tepi Jakarta 1945-1955” menyebut Margonda sebagai seorang analis kimia di Balai Penyelidikan Kimia Bogor, sebuah lembaga yang didirikan oleh Indonesiche Chemische Cereniging milik Belanda pada awal perang dunia pertama dengan nama awal bernama Analysten Cursus. Margonda mengikuti pelatihan penerbang cadangan pada awal tahun 1940 di Luchtvaart Afdeeling atau Departemen Penerbangan Belanda, namun pelatihan ini hanya dijalani selama kurang dari 2 tahun karena Belanda menyerah dan Indonesia beralih kekuasaannya ke Jepang pada 5 Maret 1942, Margonda kemudian bekerja kepada Jepang.

    Margonda, Pejuang Muda di Masa Revolusi


    Pada tahun 1945 Kota Nagasaki dan Hiroshima di bom atom oleh pasukan sekutu Amerika yang membuat Jepang takluk, saat itu Margonda ikut aktif dalam pergerakan kepemudaan dengan membentuk laskar bermarkas di Jalan Merdeka Bogor bersama para pemuda di wilayah Depok dan Bogor mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) dan Margonda menjadi pemimpinnya, sayangnya kepemimpinan Margonda tidak lama karena para anggotanya terpecah dan sebagian bergabung dengan BKR, Pesindo, KRISS dan kelompok lainnya.

    Banyaknya kelompok kecil laskar dan para pejuang yang bergabung dengan para pejuang membuat sejarah meletusnya peristiwa “Gedoran Depok”, Depok yang saat itu sudah lama dikuasai oleh seorang tuan tanah asal Belanda bernama Cornelis Chastelein yang datang pada masa awal masa kolonial VOC di Jawa, memiliki tatanan pemerintahan yaitu Gemeente Bestuur Depok yang bercorak Republik. Chastelein mewariskan kekayaannya kepada 12 marga budaknya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan memerdekaan mereka yang selanjutnya 12 marga dan keturunannya bergaya hidup seperti orang Eropa meski bermuka pribumi dan berkulit coklat, sehingga terkenal dengan sebutan “Belanda Depok”. Peristiwa Gedoran Depok meletus pada 11 Oktober 1945, waktu itu Depok diserbu para pejuang kemerdekaan dan akhirnya berhasil dikuasai sampai dengan Kantor Gemeente Bestuur berubah markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR) batalyon ujung tombak Jawa Barat pimpinan Ibrahim Adjie. Sayangnya, dalam peristiwa itu jejak sejarah Margonda tidak tercatat. Beberapa hari kemudian pasukan NICA yang datang membonceng sekutu menyerbu Depok dan membebaskan orang-orang Depok yang ditawan TKR, para tawanan wanita dan anak-anak dibebaskan dibawa ke kamp pengungsian di Kedunghalang, Bogor.

    Para pejuang yang tercerai berai kembali menyusun kekuatan dengan menjalin koordinasi dan membuat rencana merebut kembali Depok dari tangan NICA pada bulan November dengan nama sandi “Serangan Kilat”, peristiwa ini membuat pasukan NICA berhasil mundur dan direbut oleh para pejuang yang bersamaan dengannya korban banyak berguguran termasuk Margonda, pimpinan AMRI gugur pada 16 November 1945 di Kalibata, daerah bersungai di kawasan Pancoranmas Depok, nama Margonda tercatat di Museum Perjuangan Bogor bersama ratusan pejuang yang gugur.

    Demikian artikel tentang Sejarah Asal Nama Jalan Margonda yang saat ini menjadi jalan utama di Kota Depok, bagi anda yang tinggal di Kota Depok dapatkan berita dan artikel-artikel lengkap tentang Kota Depok di sini. 

    BACA JUGA JUDUL LAINNYA, 


    No comments:

    Post a Comment

    Artikel Terlaris :

    Iklan Sahabat :

    Materi Pilihan :